Ngengat hanya membutuhkan sari aroma sekuntum kembang untuk
mengidentifikasi bunga itu. Menurut riset terbaru dari University of
Arizona di Tucson, Amerika Serikat, sekalipun bebauan bunga itu tersusun
dari ratusan zat kimia, seekor ngengat hanya menggunakan sedikit
campuran itu untuk mengenali jenis bunga yang dihadapinya.
Cara ngengat mengenali bunga seperti seseorang mengidentifikasi sepenggal musik dengan hanya mendengarkan notnya dimainkan oleh beberapa instrumen kunci, kata peneliti utama riset tersebut, Jeffrey A. Riffell, dari Arizona Research Laboratories Division of Neurobiology. "Ngengat tidak menaruh perhatian terhadap seluruh zat kimia yang ada pada saat bersamaan," kata Riffell. "Sesungguhnya dia hanya memperhatikan beberapa di antaranya."
Temuan ini memberikan informasi tentang bagaimana otak memproses sejenis bebauan spesifik yang berasal dari aroma laut yang terbawa di udara.
Tim ilmuwan itu mengetahuinya sewaktu merekam otak ngengat hornworm tembakau (Manduca sexta) ketika mereka mencium sebuah zat kimia dari sekitar 60 zat yang menyusun aroma bunga yang paling disukai ngengat itu sebagai sumber nektar: sejenis bunga kecubung (Datura wrightii). Inilah pertama kalinya para ilmuwan merekam aktivitas otak sejenis serangga ketika binatang itu mencium seluruh zat kimia tertentu yang dilepaskan sekuntum bunga sungguhan. Riset sebelumnya hanya menggunakan aroma sintetis.
Hanya sembilan zat kimia yang memicu respons saraf. Meski begitu, kesembilan zat kimia itu harus terus-menerus disemprotkan agar si ngengat bisa terbang ke sumber wewangian itu dan menjulurkan lidahnya mencari nektar.
Bekerja sama dengan Hong Lei dan John G. Hildebrand dari Arizona Research Laboratories Division of Neurobiology serta Thomas A. Christensen dari departemen ilmu bahasa, percakapan, dan pendengaran, Riffell mempublikasikan artikel "Characterizing and Coding of Behaviorally Significant Odor Mixtures" dalam jurnal Current Biology terbaru. Namun, mereka belum berhasil memahami bagaimana sistem penciuman di otak mengurai kode stimuli bau. "Dua per tiga otak ngengat jantan beradaptasi sesuai dengan lingkungannya," kata Riffell. "Sedangkan ngengat betina mencapai 90 persen."
Dia menduga hidung dan otak manusia juga bekerja dengan dipandu oleh beberapa zat kimia tertentu yang memiliki aroma khusus. "Misalnya bau yang penting, saya menduga itulah yang kita lakukan, semisal ketika kita mencium kopi," ujarnya.
Cara ngengat mengenali bunga seperti seseorang mengidentifikasi sepenggal musik dengan hanya mendengarkan notnya dimainkan oleh beberapa instrumen kunci, kata peneliti utama riset tersebut, Jeffrey A. Riffell, dari Arizona Research Laboratories Division of Neurobiology. "Ngengat tidak menaruh perhatian terhadap seluruh zat kimia yang ada pada saat bersamaan," kata Riffell. "Sesungguhnya dia hanya memperhatikan beberapa di antaranya."
Temuan ini memberikan informasi tentang bagaimana otak memproses sejenis bebauan spesifik yang berasal dari aroma laut yang terbawa di udara.
Tim ilmuwan itu mengetahuinya sewaktu merekam otak ngengat hornworm tembakau (Manduca sexta) ketika mereka mencium sebuah zat kimia dari sekitar 60 zat yang menyusun aroma bunga yang paling disukai ngengat itu sebagai sumber nektar: sejenis bunga kecubung (Datura wrightii). Inilah pertama kalinya para ilmuwan merekam aktivitas otak sejenis serangga ketika binatang itu mencium seluruh zat kimia tertentu yang dilepaskan sekuntum bunga sungguhan. Riset sebelumnya hanya menggunakan aroma sintetis.
Hanya sembilan zat kimia yang memicu respons saraf. Meski begitu, kesembilan zat kimia itu harus terus-menerus disemprotkan agar si ngengat bisa terbang ke sumber wewangian itu dan menjulurkan lidahnya mencari nektar.
Bekerja sama dengan Hong Lei dan John G. Hildebrand dari Arizona Research Laboratories Division of Neurobiology serta Thomas A. Christensen dari departemen ilmu bahasa, percakapan, dan pendengaran, Riffell mempublikasikan artikel "Characterizing and Coding of Behaviorally Significant Odor Mixtures" dalam jurnal Current Biology terbaru. Namun, mereka belum berhasil memahami bagaimana sistem penciuman di otak mengurai kode stimuli bau. "Dua per tiga otak ngengat jantan beradaptasi sesuai dengan lingkungannya," kata Riffell. "Sedangkan ngengat betina mencapai 90 persen."
Dia menduga hidung dan otak manusia juga bekerja dengan dipandu oleh beberapa zat kimia tertentu yang memiliki aroma khusus. "Misalnya bau yang penting, saya menduga itulah yang kita lakukan, semisal ketika kita mencium kopi," ujarnya.
Sumber : www.tempointeraktif.com