Jepang porak-poranda akibat tsunami setinggi 14 meter. Salah satu kawasan yang berdampak parah, adalah Prefektur Miyagi. Daerah ini kini tampak seperti hamparan tanah lapang dengan tumpukan bangkai-bangkai besi, kayu, dan tubuh manusia.
Seperti yang diberitakan Time, Selasa (15/3/2011), Jalan-jalan di Sendai, Ibukota Miyagi, basah dengan genangan air laut dan lumpur. Beberapa warga terlihat berada di jalan, mencari sanak keluarganya yang hilang.
Salah satunya adalah Masahira Kasamatsu (76), seorang petani dari luar kota Sendai. Masahira datang bersama istrinya Emiko untuk mencari harta miliknya yang paling berharga, Yoko Oosato, anak perempuannya yang tinggal di Sendai.
"Saya sedang mencari anak saya. Namanya Yoko Oosato apakah anda melihatnya?" kata Masahira.
Putri Masahira, Yoko, telah tinggal di Sendai selama lebih dari 30 tahun. Putrinya bekerja di Bandara Sendai yang ikut hancur akibat luapan air laut dan gempa bumi. Bandara sendiri dipenuhi dengan puing-puing, lumpur, bangkai-bangkai mobil dan pesawat.
Masahira menceritakan, usai gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011 lalu, bersama istrinya, dirinya berangkat menuju sendai mengendarai mobil pribadi mereka, untuk mencari Yoko. Masahira menghubungi anaknya sejak tsunami menghantam Sendai, sayangnya panggilan telepon tersebut tidak membuahkan hasil.
Butuh waktu 3 hari untuk mencapai Sendai. Jalan-jalan yang menuju Bandara Sendai hampir tidak bisa dilewati. Di tengah jalan, bahan bakar kendaraan Masahira habis, Masahira dan Emiko menghabiskan malam di mobil mereka, tanpa penghangat dan bahan bakar. Keesokan harinya, Masahira memutuskan untuk berjalan kaki guna mencapai bandara Sendai.
"Saya tahu begitu banyak yang mati di dalam bandara," ujarnya.
Saat memasuki bandara Sendai, Masahira dapat melihat tumpukan mobil setinggi 6 meter dan beberapa pohon pinus yang menjebol dinding-dinding bangunan.
"Saya tahu bahwa anak saya mungkin hanya satu, di antara begitu banyak mati. Tapi harapan saya yang paling dalam adalah bahwa dia masih hidup. Itulah satu-satunya doa saat ini," kata Masahira.
Tidak hanya Masahira dan Emko yang mencari 'harta berharga' miliknya, ribuan keluarga Jepang terus mencari keluarga mereka yang menghilang setelah tsunami terbesar yang pernah melanda Jepang.
Di Jepang Utara, keluarga terus mencari sanak famili mereka yang hilang. Mereka masih belum mengetahui apakah orang-orang yang mereka cintai masih hidup atau sudah tewas. Sekitar 10.000 orang masih dinyatakan hilang hingga saat ini.
Sumber : www.detiknews.com