Individu yang mengalami mutasi yang menguntungkan pada leluhur manusia berhasil selamat dan berkembang biak. Sesederhana itu.
Namun
setelah cukup lama berpikir, ternyata keberadaan manusia di Bumi
sekarang tidak semata karena evolusi. Bila ditarik garis ke belakang,
ke masa lalu, maka ada serentetan peristiwa luar biasa yang menandai
kehadiran kita di Bumi. Mari kita telusuri ke masa lalu, apa saja yang
menyebabkan mengapa manusia ada.
Karena adanya Kekacauan
What?
Tapi itu benar. Kita ada karena dunia ini kacau. Fenomena ini
dijelaskan oleh teori Chaos yang terkenal dengan istilah Butterfly
Effectnya. Pada dasarnya teori Chaos mengatakan, sedikit saja gangguan
pada sebuah sistem chaos, maka akan terjadi perubahan perilaku yang
drastis. Ambil contoh begini, bayangkan kalau hidung Cleopatra sedikit
saja lebih pesek atau sepatu kuda raja Richard III kurang satu,
kerajaan dapat runtuh, dan dunia akan sangat berbeda dari sekarang.
Inilah efek kupu-kupu, sesuatu yang sepele, ternyata bisa berakibat
besar. Para ilmuan mengamatinya pada sistem cuaca. Sedikit saja suhu di
naikkan, atau kelembaban udara turun satu angka pada posisi desimal,
maka cuaca menjadi berubah drastis. Analoginya seperti meletakkan satu
demi satu bulu di atas jembatan. Suatu saat, entah itu kapan, kamu
cukup meletakkan satu bulu, dan tiba-tiba jembatan menjadi runtuh
karena bebannya terlampaui. Karenanya, kita ada sekarang, dipengaruhi
oleh begitu banyak kekacauan di masa lalu, berbagai peristiwa kecil
yang terlihat sepele namun berdampak luas bagi hidup kita.
Dari
tak terhitung kekacauan yang terjadi di dalam sejarah, tentunya ada
peristiwa yang sangat kacau dan peristiwa yang tidak terlalu kacau.
Sebagai contoh, suhu di malam orang tua saya ML menentukan keberadaan
saya. Jika sedikit saja lebih dingin, saya tidak akan ada. Tapi tetap
ada manusia toh? Walaupun bukan saya, tapi ia tetap mirip orang tua
saya, dan mungkin mirip saya. Dia tidak akan mirip dengan, katakanlah
Zebra. Tentunya ada sebuah saat dimana kekacauan lebih berpotensi
menghasilkan kita daripada kekacauan jenis lainnya. Jadi, mari kita
tanyakan kembali, mengapa manusia ada?
Karena Ada Danau Toba
Anda mungkin sudah membaca tulisan kami tentang asal usul Danau Toba.
Disana kita sudah jelaskan peran letusan Toba terhadap evolusi
manusia. Danau Toba dulunya adalah supervolcano. Ia meletus sekitar 85
ribu tahun lalu dan mempengaruhi Asia dan Afrika. Saat itu leluhur
manusia kita hidup kurang lebih stabil. Tapi dengan adanya letusan
Toba, mereka dipaksa untuk beradaptasi, atau mati. Kita diambang
kepunahan waktu itu. Seandainya para leluhur tidak mampu beradaptasi,
kita tidak akan ada di sini.
Saat
itu daerah subur merupakan harta karun bagi leluhur. Para leluhur
berkompetisi dengan sesama mereka maupun dengan primata lainnya.
Inovasi seperti alat batu dan alat tulang merupakan hal yang berharga.
Alat membantu kita mendapatkan makanan jenis baru. Bayangkan sebuah
kayu panjang yang dapat menjatuhkan mangga atau cangkul untuk menggali
umbi-umbian.
Migrasi manusia keluar dari Afrika
Dengan
banyaknya tekanan seleksi yang menggoyang evolusi kita, perlahan
leluhur mulai berubah. Ucapan mereka, misalnya, dulu hanya sederhana,
mungkin hanya ah ih uh. Lama kelamaan menjadi kompleks, dan membentuk
bahasa kita. Dengan bahasa, gagasan-gagasan dapat lebih luas, cakrawala
lebih lebar dan lebih sedikit kesalahpahaman. Mutasi pada gen
pembentuk otak mengakibatkan beberapa leluhur mampu melakukan
vokalisasi yang lebih kompleks. Keturunannya mampu berbicara dengan
kosakata lebih banyak dan fleksibel dan meledakkan kendala komunikasi
interpersonal. Bahasa telah muncul.
Tikus
memiliki gen yang mempengaruhi
ucapan dan bahasa manusia, sebuah
petunjuk kalau leluhur
kita telah memiliki gen ini semenjak zaman
dinosaurus
Tapi saat ini
manusia sudah ada. Karenanya, mengapa manusia ada belum terjawab.
Terjadinya letusan Toba mungkin menjawab pertanyaan, mengapa manusia
memiliki teknologi, mengapa kita tidak seperti manusia purba, tapi
tidak banyak perbedaan antara manusia sekarang dengan 70 ribu tahun
lalu. Kita masih satu spesies, sama-sama Homo sapiens. Jadi, mengapa manusia ada?
Suara ultra dipakai oleh ilmuan untuk
mempelajari mekanisme bahasa click,
bahasa tertua di dunia
Karena Pohon sedikit
Sebelum
sekitar 20 juta tahun lalu, Afrika Timur dipenuhi hutan rimba tropis
mirip Amazon. Leluhur kita berlompatan di pepohonan, menikmati lebatnya
pepohonan. Kemudian Bumi bergerak, magma di bagian bawah Ethiopia
Utara menggeser perlahan. Dalam 15 juta tahun kemudian, dua pegunungan
raksasa terbentuk dari utara ke selatan, masing-masing dengan tinggi 2
kilometer dari utara ke selatan. Dari Timur, angin yang datang dari
Samudera Hindia ditolak balik oleh pegunungan ini. Dari Barat, angin
yang datang dari Samudera Atlantik dan Kongo di tolak balik, juga oleh
pegunungan ini. Akibatnya, curah hujan menurun. Hutan rimba perlahan
berubah menjadi padang rumput yang luas.
Bagi
leluhur kita, tinggal di pohon tidak lagi nyaman. Pohon sedikit dan
populasi mereka bertambah. Berdesakan di pohon tidaklah baik. Kadang
ada yang jatuh dan tewas. Ada banyak jalan sebenarnya, tapi kebetulan,
sebuah mutasi memungkinkan leluhur untuk dapat berjalan, bukannya
berayun di pepohonan. Kemampuan berjalan memberi banyak kemudahan. Dan
tibalah saat itu, 6 juta tahun lalu, sebuah spesies primata belajar
berdiri dan berjalan dengan dua kaki.
Lingkungan
yang berubah cepat berarti evolusi primata ini tidak berhenti sampai
disini. Sekitar 2.5 juta tahun lalu, evolusi mengambil dua jalan.
Pertama menuju otak yang lebih besar agar dapat mencari cara lebih baik
untuk beradaptasi, kedua dengan mengembangkan rahang yang lebih besar
untuk memakan biji dan umbi yang keras. Strategi pertama memiliki
kekuatan terbesar. Manusia dengan rahang besar punah, sementara manusia
dengan otak besar, Homo habilis, bertahan. Dialah leluhur semua
manusia di Bumi sekarang.
Saat
ini jawaban kita pada pertanyaan: Mengapa manusia ada, adalah karena
pepohonan sedikit. Leluhur kita hidup di pohon, tanpa pohon mereka
harus beradaptasi, atau mati. Lalu mengapa leluhur yang hidup di pohon
ini ada? Mengapa primata ada?
Karena dinosaurus punah
Meteor
raksasa yang pernah kami bahas dalam dampak tumbukan meteor, yang kita
simulasikan jatuh di Bandung dan menghabisi umat manusia, jatuh
sekitar 100 juta tahun sekali. Tapi justru keberadaan kita mungkin
disebabkan peristiwa yang sama, 65 juta tahun lalu.
Rajahmundry Quarry, sebuah situs
di India memberi petunjuk peristiwa
kepunahan massal dinosaurus
Saat
itu, sebuah asteroid berdiameter 10 kilometer menghantam semenanjung
Yucatan di Meksiko masa kini. Karbon dan gas kaya belerang dari lapisan
batuan yang terhantam mencuat ke angkasa yang terbakar, langit
menghitam, Bumi mendingin dan hujan asam mengguyur. Dalam beberapa
bulan, seluruh spesies dinosaurus punah. Begitu juga beberapa spesies
reptil di lautan dan udara, amonita, sebagian besar burung dan tanaman
darat.
Separuh spesies mamalia
ikut punah. Yang bertahan hidup adalah mereka yang paling kecil dan
lincah, berlarian bersembunyi di balik batuan dan reruntuhan. Mereka
pemakan bangkai dan justru senang melihat punahnya dinosaurus. Di satu
sisi mereka tidak memiliki predator, di sisi lain, bangkai dinosaurus
berserakan di mana-mana. Sebuah pesta besar bagi mamalia kecil. Dalam
waktu singkat, mamalia berkembang biak, meluas di sekitar ekosistem air
tawar.
Merekalah para pewaris
bumi. Mamalia menggantikan kekuasaan dinosaurus di darat dan kemudian
di laut. Kita belum menguasai udara. Burung lebih cepat ke sana,
sementara kelelawar tidak terlalu mampu.
10
juta tahun setelah kepunahan dinosaurus, mamalia menjalari segala
jenis niche di darat, dengan berbagai jenis adaptasinya, salah satunya
di pepohonan, seperti leluhur kita. Tapi, kenapa dinosaurus, mamalia
dan semua hewan yang disebutkan di atas ada?
Karena Pemanasan Global
800
juta tahun lalu, seluruh daratan di Bumi tersatukan dalam superbenua
Rodinia. Super benua ini mulai retak, rusak di setiap pijakannya,
akibat aktivitas magma. Dari retakan-retakan tersebut melepaskan gas
yang mempengaruhi cuaca sehingga udara lebih dinamis dari sebelumnya.
Samudera dipenuhi nutrisi, sama halnya dengan suburnya daerah sekitar
gunung berapi sekarang. Populasi Cyanobacteria meledak. Karena
cyanobacteria adalah bakteri fotosintesis,
maka ini berarti terjadi ledakan oksigen di mana-mana. Sampah
fotosintesis ini menjalari atmosfer Bumi. Ya, oksigen adalah sampah. Ia
hasil buangan dari proses fotosintesis tumbuhan.
Fotosintesis
membutuhkan karbon dioksida. Akibatnya, karbon dioksida disedot dari
Bumi oleh para cyanobacteria. Bumi pun mengalami pendinginan global.
Sebuah periode yang disebut ilmuan “snowball earth”. Mahluk-mahluk ber
sel satu menggigil kedinginan dan mati, beberapa ber evolusi,
memunculkan tipe sel baru yang lebih kompleks.
Mereka
adalah ganggang hijau dan lumut kerak. Perlahan mereka berusaha hidup
di daratan. Keseimbangan tercapai saat banyak cyanobacteria sendiri
mati. Karbon dioksida kembali bertambah. Mulailah pemanasan global.
635
juta tahun lalu, pemanasan global membuat Bumi yang tertutup salju
mulai mencair. Es menarik diri dari khatulistiwa menuju ke kutub.
Daratan terbuka dan para lumut kerak bergembira. Mereka menancapkan
akarnya (hifa) di bebatuan. Pelapukan biologi, kimia dan fisika terjadi
di daratan dan mengubah batuan menjadi tanah. Sisa pelapukan terbasuh
dari daratan ke lautan, dan lautan ikut merasakan kegembiraan atas
limpahan nutrisi.
Lumut kerak
terus memangsa batuan dan aliran nutrisi ke lautan terus menjejalkan
kenikmatan pada para bakteri fotosintesis. Oksigen pun melonjak kembali
hingga pada persentase sekarang.
580
juta tahun lalu, leluhur hewan pertama muncul, lalu leluhur tanaman
berdaun. Mereka pada gilirannya kelak akan memiliki keturunan yang
dapat berdiri di tepi pantai, menghirup segarnya udara yang dibawakan
angin laut.
Pantai
British Columbia memberi petunjuk kalau
sebagian besar organisme
lenyap d
alam kepunahan global sekitar 252 juta tahun lalu
Sekarang pertanyaannya adalah, mengapa ada ganggang hijau dan lumut kerak?
Karena ada Benturan dua mikroba
Kehidupan di bumi didominasi dua jenis sel: prokariota
(bakteri dan arkea) yang hanyalah sebuah tas kimiawi, dan eukariota,
sel dengan berbagai perlengkapan tempur untuk hidup lebih baik (selaput
internal, sistem rangka dan transportasi). Bakteri terbesar di dunia
hanyalah kurang dari satu milimeter, tapi sel eukariota terbesar (telur)
bisa mencapai hampir satu meter. Para bakteri hanya mampu paling bisa
membuat untai sel-sel sejenis dirinya, tapi sel eukariota mampu bekerja
sama membuat segalanya mulai dari otak, daun, tulang dan kayu.
2
miliar tahun lalu, yang ada hanyalah bakteri dan arkea. Keduanya
adalah prokariota. Lalu kejadian aneh terjadi. Seekor arkea yang
sedikit berbeda dari leluhurnya berbenturan dengan seekor bakteri.
Proses kimia membuat mereka berikatan dan tidak dapat lepas. Merekapun
bersimbiosis, dan jadilah eukariota pertama. Sang Bakteri itu sendiri
bertugas sebagai pembangkit energi sel. Ia ber evolusi menjadi
mitokondria.
Istilah simbiosis di
dalam sel tersebut adalah endosimbiosis. Kloroplas misalnya, dulu
adalah bakteri fotosintesis yang hidup bebas. Ia ikut serta dalam
parade sel jenis baru. Satu demi satu kelompok kerjasama ini terbentuk
dan hidup bersama bentuk-bentuk sel tunggal di lautan. Bedanya, sel
eukariota mampu bekerja sama dengan sel eukariota lain, membentuk apa
yang kita sebut mahluk multiseluler.
Lalu, kenapa ada bakteri dan arkea?
Karena Bumi disiram dengan bom
Misi
ke bulan memberikan kejutan bagi kita. Kawah-kawah raksasa di sana
ternyata usianya sama. Usia mereka 3.9 miliar tahun. Apa artinya ini?
Ini berarti 3.9 miliar tahun lalu terjadi sebuah pengeboman
besar-besaran di Bulan. Sangat jelas kalau ini juga berarti hal yang
sama terjadi di Bumi. Bumi lebih besar, hanya saja kawahnya habis
terkikis proses dinamika planet ini.
Tidak jelas mengapa
terjadi peristiwa pengeboman saat itu. Ada yang menduga kalau terjadi
resonansi gravitasi di empat planet raksasa: Yupiter, saturnus, uranus
dan Neptunus. Posisi orbit mereka sedemikian rupa sehingga keseimbangan
diantaranya terganggu sebentar. Akibatnya, asteroid-asteroid tak
berdaya di sekitarnya terlontar ke tata surya dalam, termasuk Bumi.
Dengan berbagai metode,
seperti metode SDI disini,
para ilmuan menemukan banyak
tata surya baru di taburan bintang
Sangat
mungkin kalau diantara bom-bom raksasa penghajar Bumi itu salah
satunya atau beberapa adalah komet. Mereka terbentuk jauh lebih dalam
di pinggiran tata surya dan karenanya membawa air beku di dalam
perutnya. Air tersebut terbongkar saat mereka menghantam Bumi dan
menjadi air pertama di Bumi.
Saat
pengeboman berakhir, wajah Bumi benar-benar kacau. Berantakan dengan
berbagai kawah berisi lahar di mana-mana. Seiring waktu, orbit stabil
dan Bumi mendingin. Di dalam kawah-kawah saksi bisu tumbukan kejam itu,
mulailah air dari komet mencair dan menjadi oasis-oasis tempat
lahirnya kehidupan pertama di planet Bumi.
Bila
sebelum pengeboman terjadi ternyata sudah ada kehidupan di Bumi, maka
pengeboman tersebut mungkin menyapu kehidupan, menyisakan
bakteri-bakteri yang paling tahan terhadap panas. Kita melihat bukti
ini dari bulan. Lalu kenapa bulan ada?
Karena Bumi ditampar
4.5
miliar tahun lalu, bumi hanyalah bayi planet yang rentan. Sementara di
mana-mana berterbangan bebatuan raksasa yang tidak jelas arahnya. Satu
di antaranya menampar bumi. Sang penampar berukuran lebih kecil. Saat
ia menghantam Bumi, sebagian dirinya tertanam di planet ini, sebagian
lagi terlontar balik ke luar angkasa. Inilah bulan, yang engkau lihat
di langit malam.
Tata surya kita di masa mudanya
Pasangan
Bumi-Bulan tidak ada bandingnya di Tata Surya. Planet lain punya
satelit yang jauh lebih kecil darinya. Tidak heran Yupiter sang raksasa
punya puluhan satelit. Mereka umumnya berasal dari batu-batu kecil
yang terjebak di titik gravitasi dan menumpuk, atau berasal dari batuan
yang lewat terlalu dekat dengan planet hingga tertarik dan tak dapat
lepas.
Teknologi kita sudah sangat maju
sehingga bisa tahu peristiwa miliaran tahun lalu
Keberadaan
Bulan mencegah perubahan liar dalam pola pemanasan Matahari di
permukaan Bumi. Akibatnya Bumi tidak mengalami ayunan iklim yang ganas.
Bumi juga tidak mengalami perubahan suhu yang drastis dimana Bumi
membeku sepenuhnya. Kondisi yang ideal untuk berkembangnya kehidupan.
Selanjutnya, kenapa ada Bumi, Bulan dan Matahari, dan planet-planet di Tata Surya?
Karena ada Bintang yang Meledak
Alam
semesta dipenuhi hidrogen, helium dan debu di mana-mana. 4.6 miliar
tahun lalu, Salah satu pojok yang padat dengan adukan ini mendapatkan
limpahan energi. Petunjuknya datang dari meteorit. Berbeda dengan
batuan asli planet Bumi, meteorit nyaris tidak berubah semenjak ia
diremas saat Tata Surya terbentuk. Meteorit tua ditemukan mengandung
banyak besi-60, sebuah isotop radioaktif berat. Hanya ada sedikit
sekali fenomena yang bisa menyebabkan isotop ini terbentuk di
antariksa. Yang paling mungkin adalah supernova. Ledakan bintang
raksasa. Ia ibarat goresan korek api untuk menyalakan sumbu bom evolusi
di Tata Surya. Awan gas yang merupakan adukan hidrogen, helium dan
debu kita terusik dan terkompres. Teori lain mengatakan kalau tidak lah
perlu supernova. Bukti menunjukkan sambaran angin bintang raksasa yang
cukup dekat dengan awan gas ini dapat memicu pembentukan Tata Surya.
Bintang tersebut sendiri mungkin sudah berjalan dalam orbitnya entah
kemana, menyisakan tungku bintang menyala di tengah awan gas yang baru
di ganggunya. Dan terbentuklah matahari, bersama planet-planetnya.
Lalu mengapa bahan seperti hidrogen, helium dan debu itu ada? Dengan kata lain, mengapa materi ada?
Karena Tidak Segalanya diciptakan Berpasangan
Bila
segalanya berpasangan, maka tidak akan ada materi. Idealnya setiap
partikel yang tercipta dalam Big Bang memiliki anti partikel. Saat
keduanya bertemu, terjadi penghancuran satu sama lain, dan dua foton
energi tinggi saja yang tersisa. Alam semesta seharusnya berisi lautan
cahaya. Itu saja.
Memang
ada sedikit kecenderungan ke arah satu sisi saat penghancuran diri
partikel vs anti partikel. Tapi hal ini sangat tidak cukup menjelaskan
kelimpahan materi di alam semesta sekarang. Entah mengapa tidak semua
partikel memiliki anti partikel saat Big Bang, 13.75 miliar tahun lalu.
Menurut para ahli fisika teoritis, tampaknya alam semesta kita
kebetulan memiliki variabel yang sedikit memungkinkan materi. Ia cukup
untuk membuat materi ada tapi tidak cukup untuk membuat seluruhnya
materi (tanpa cahaya). Dalam tak terhingga alam semesta, ada yang
seluruhnya lubang hitam, ada yang seluruhnya cahaya, ada sedikit yang
mengandung materi dan cahaya. Salah satunya alam semesta kita.
Jadi, mengapa alam semesta seluas ini?
Karena Alam Semesta Berinflasi
Cukup
0.000 000 000 000 001 detik mundur dari saat anihilasi materi – anti
materi kita sebelumnya. Bila model semesta inflasi benar, maka saat ini
alam semesta diselubungi medan inflasi yang mengendalikan ekspansi
eksponensial alam semesta hanya dalam periode 10-32 detik. Ia merentangkan alam semesta kita menjadi datar dan seragam.
Pengembangan
mendadak ini dipengaruhi efek kuantum. Gejolak kuantum membuat satu
daerah sedikit lebih padat dari daerah lainnya. Hasilnya adalah
bolongan-bolongan di alam semesta kita, yang disebut void. Seratus juta
tahun cahaya ke segala arah kita, ada daerah kosong yang begitu besar,
gelap, tanpa galaksi, tanpa bintang. Bila variasi ini sedikit saja
lebih kecil, maka kita tidak akan ada.
Semua
variasi ini tampaknya acak dan sebagian besar fisikawan percaya kalau
fluktuasi kuantum sama sekali tidak memiliki sebab. Ia adalah sifat
dasar alam semesta.
Pada akhirnya adalah pertanyaan mengapa alam semesta ada?
Tidak ada satu orang pun yang Tahu
Ya.
Ini tampaknya jawaban yang tidak diinginkan. Kita memang ingin tahu.
Tapi sains tidak dapat menjawabnya. Sains cukup berbesar hati, dengan
segala metode dan teknologi paling maju dan otak paling brilian di alam
semesta, kita belum tahu mengapa alam semesta ada. Yang kita punya
hanyalah setumpuk karya ilmiah fisika teoritis tanpa bukti
eksperimental sama sekali. Memang kita berusaha, para ilmuan sibuk
menguji model standar di LHC dan laboratorium-laboratorium. Mereka juga
menatap ke antariksa dengan berbagai teleskop super tajam.
Beberapa
dari kita tampak gatal untuk menjawab tanpa pengetahuan. Seorang teman
mengatakan, karena Tuhan ada. ia menciptakan alam semesta. Hal ini
saya katakan kurang pengetahuan karena well, memang tidak memerlukan
pengetahuan untuk mengatakan hal tersebut. Ambil contoh petir. Jaman
dahulu orang tidak tahu tentang petir, maka mereka mengatakan Tuhan
sedang marah. Sekarang kita tahu kalau petir adalah peristiwa alam
biasa.
Begitu pula fenomena Big
Bang. Apa yang kita tahu adalah alam semesta mengembang ke segala arah.
Karenanya bila dimundurkan ke masa lalu, ia akan berukuran sangat
kecil. Sedemikian kecil hingga satu titik dimana hukum fisika yang kita
ketahui runtuh. Suatu yang disebut skala Planck yang terdiri dari
panjang minimum dan waktu minimum (panjang Planck dan waktu Planck).
Bagaimana
alam semesta pada panjang lebih kecil dari panjang Planck? Bagaimana
alam semesta sebelum waktu Planck? Inilah dimana pengetahuan kita
kurang. Kita belum cukup pandai. Yang dibutuhkan adalah pengetahuan
yang lebih banyak, bukannya menjawab tanpa pengetahuan.
Para
ilmuan paling brilian berdebat tentang apa yang ada dalam skala
Planck. Ada yang bilang kalau ruang, waktu, dan hukum fisika berada
dalam singularitas dimana segalanya muncul dari ketiadaan. Ada juga
yang bilang kalau alam semesta kembali mengembang dalam siklus kembang –
kempis tiada akhir (osilasi).
Jika
seandainya Tuhan menciptakan alam semesta, lalu siapa menciptakan
Tuhan? Sejauh yang kita tahu, alam semesta bukan hanya ada satu. Ada
tak terhingga alam semesta. Apakah Tuhan juga menciptakan tak terhingga
banyaknya alam semesta tersebut? Ataukah Ia ada di salah satu alam
semesta? Apakah ia mengikuti hukum fisika ataukah ia membuat hukum
fisika? Lalu dengan hukum apa ia membuatnya? Dst.
Seperti
yang anda lihat. Solusi Tuhan adalah sebuah jalan buntu. Tidak ada
lagi kegembiraan akan penemuan baru, dan tidak ada lagi semangat
petualangan ilmiah. Ketiadaan ilmu, itulah yang dicerminkan dari solusi
Tuhan.
Mungkin benar apa yang
dikatakan Stephen Hawking, alam semesta ada karena adanya hukum dasar
fisika seperti gravitasi. Setiap saat tercipta alam semesta dengan
segala variasi yang mungkin ada, saling bertumpuk satu di dalam yang
lain. Sekarang dengan semangat inkuiri kita, kita bisa berjuang mencari
alam semesta lain tersebut, dan bahkan mungkin membuat alam semesta
kita sendiri di lab.
Apakah
sekarang anda masih bertanya dari mana hukum tersebut ada? Pelajarilah
hukumnya sebelum bertanya ia datang dari mana. Ia adalah batas
tertinggi logika kita, dan sekarang kita sedang mendakinya. Mungkin
anda akan menyadari kalau hukum demikian tidak mungkin diciptakan. Sama
tidak mungkinnnya dengan memasukkan gajah afrika kedalam telur ayam.
Sumber : gegares.blogspot.com