Selasa, 05 Oktober 2010

Subhanallah, Seorang Astronot Dari Malaysia Mendengar Adzan Di Luar Angkasa

Tahu kah kawan, di tengah maraknya pemberitaan tentang bentrokan mahasiswa di Makassar, sebenarnya masih banyak kegiatan positif yang dilakukan kalangan kampus di sana. Namun karena kurang “menjual” untuk menaikkan rating, kegiatan “modern” ini tidak banyak diliput media –terutama televisi-. Nampaknya, televisi lebih menyukai peristiwa-peristiwa yang berbau “primitif”.
Belum sampai sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 21 Februari 2010, seorang astronot Malaysia menghadiri acara seminar internasional memperingati reuni Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Sheikh Muszaphar hadir sebagai pembicara.
***
Profil Sheikh Muszaphar 

Berpose sebelum menuju ke langit (foto google)

Berpose sebelum menuju ke langit (foto google)
Nama lengkapnya adalah Sheikh Muszaphar Shukor Al Masrie bin Sheikh Mustapha, lahir pada 27 Juli 1972 di Kuala Lumpur, Malaysia. Sheikh Muszaphar –begitu nama akrabnya- menamatkan pendidikan sekolah tinggi di MARA di Muar, kemudian melanjutkan ke Kolej Pengobatan Kasturba, Manipal. Ia menjadi dokter ortopedi di Universitas Kebangsaan Malaysia, dan sebelum itu di Rumah Sakit Seremban (1998), Rumah Sakit Besar Kuala Lumpur (1999), dan Rumah Sakit Selayang (2000-2001).
Sheikh Muszaphar merupakan pakar kesehatan Malaysia dan orang Malaysia pertama yang pergi ke luar angkasa, diumumkan oleh Perdana Menteri Abdullah Badawi pada 25 September 2007.
Pengiriman astronot Malaysia ke luar angkasa merupakan bagian dari paket pembelian 18 pesawat tempur Sukhoi milik Rusia oleh Malaysia pada tahun 2003. Malaysia mengadakan pemilihan astronot dari 11.000 calon yang mendaftarkan diri. Calon yang terpilih menjalani latihan terakhir di Kosmodrom Baikonur, Kazakhstan. Muszaphar dan tiga calon akhir yang lain dipilih pada awal tahun 2006. Setelah selesai menjalani latihan di Star City, Rusia, Sheikh Muszaphar dipilih sebagai calon utama astronot pertama Malaysia, sementara Faiz Khaleed dijadikan calon cadangan.
Pesawat Soyuz TMA-11 yang membawa Sheikh Muszaphar, Whitson, dan Malenchenko, meluncur dengan sukses pada pukul 13:22 UTC, Rabu, 10 Oktober 2007. Sesuai rencana, Sheikh Muszaphar berada di ISS selama 12 hari sebelum kembali ke bumi. Sheikh Muszaphar menjalankan percobaan-percobaan di bidang kesehatan di dalam ISS, yaitu karakteristik dan perkembangan sel-sel kanker hati dan leukimia, serta kristalisasi berbagai protein dan mikroba pada gravitasi rendah.
Eksperimen yang berhubungan dengan kanker hati, leukimia dan mikroba akan menguntungkan ilmu pengetahuan dan penelitian kedokteran secara umum, sedangkan percobaan mengenai kristalisasi protein, dalam hal ini lipase, akan menguntungkan industri Malaysia secara langsung. Lipase adalah tipe enzim protein yang digunakan dalam pembuatan berbagai produk mulai dari tekstil hingga kosmetik. Menurut surat kabar Malaysia The Star peluang menumbuhkan lipase di luar angkasa akan memberikan kesempatan bagi ilmuwan Malaysia untuk mengembangkan industri senilai RM 7,7 milyar (sekitar 21 triliun rupiah).
Ia, bersama Yuri Malenchenko (Rusia) dan Peggy Whitson (AS), telah lepas landas pada 10 Oktober 2007 dengan Soyuz TMA-11 yang diluncurkan menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dalam program kerjasama dengan Rusia dan akan kembali ke Bumi bersama Fyodor Yurchikhin dan Oleg Kotov

Buku panduan ibadah di luar angkasa keluaran Depag Malaysia (foto wikipedia)
Buku panduan ibadah di luar angkasa keluaran Depag Malaysia (foto wikipedia)


Karena Sheikh Muszaphar adalah seorang Muslim, dan masa penerbangannya bertepatan dengan bulan Ramadhan, Dewan Fatwa Nasional Malaysia telah mengeluarkan buku panduan untuk Muslim di antariksa. Buku ini mengatur tata cara shalat di ruangan tanpa gravitasi, bagaimana mencari kiblat dari ISS, bagaimana menentukan waktu sholat, dan bagaimana berpuasa. Selain itu, Sheikh Muszaphar juga akan merayakan hari raya Idul Fitri di luar angkasa. Untuk itu, ia membawa bekal sate dan kue untuk dibagi-bagikan kepada anggota misi yang lain pada hari Sabtu, 13 Oktober untuk merayakan Idul Fitri.
Sumber : Wikipedia.org

Mendengar Kumandang Azan di Luar Angkasa
Di luar angkasa, Sheikh Muszaphar menghabiskan waktu 12 hari dengan tetap menjalankan salat wajib, puasa, dan salat Idul Fitri. Dalam kondisi gravitasi yang sangat rendah, salat menjadi lebih sulit dikerjakan. Supaya tidak terombang-ambing, Muszaphar harus mengikat kaki di dinding stasiun saat salat.
Berwudu juga mustahil dilakukan, mengingat persediaan air terbatas. Jadilah ia menyucikan diri dengan tayamum. Tidak benar-benar tayumum, karena yang digunakan untuk mengusap anggota badan adalah kain yang dibasahi air yang disediakan saat di bumi.
Saat berpuasa, Muszaphar mengaku lebih khusyuk. Sebab, di angkasa ia melihat semakin banyak tanda-tanda kekuasaan Tuhan. “Angkasa ini amat luas, dan itu menunjukkan kebesaran Allah,” katanya di hadapan ratusan siswa sekolah menengah atas se-Makassar dan Kabupaten Maros serta sivitas akademika Universitas Hasanuddin kemarin (21/10/2010).
Saat ia berangkat pada 10 Oktober 2007, Muszaphar membawa misi meneliti tentang kesehatan di Stasiun Antariksa Internasional. Namun baginya, ibadah tak boleh dilupakan kapan pun dan di mana pun. Selain mewakili negaranya, ia mengaku mewakili umat Islam

Meninggalkan bumi dan istrinya -Dr. Halina- yang dinikahi bulan Juli 2009 (foto google)
Meninggalkan bumi dan istrinya -Dr. Halina- yang dinikahi bulan Juli 2009 (foto google)



Sebelum ke Makassar, pria kelahiran Kuala Lumpur, 27 Juli 1972, ini telah menyambangi berbagai negara untuk berbagi cerita tentang pengalamannya selama di ruang angkasa. Negara-negara itu, antara lain, Amerika Serikat, Jerman, Brunei Darussalam, Singapura, Palestina, Republik Ceko, Arab Saudi, dan Prancis.
Di depan para peserta yang terdiri dari siswa, mahasiswa, dan akademisi di Makassar, ia banyak bercerita tentang pengalaman pribadi selama di stasiun angkasa. Peristiwa paling mengesankan yang dialaminya adalah saat mendengar suara azan di sana. Sampai kini ia tidak tahu sumber suara tersebut.
“Percaya atau tidak, saya mendengar suara azan saat-saat terakhir hendak turun ke bumi,” katanya.

Sumber : Mendengar Kumandang Azan di Stasiun Luar Angkasa (Koran Tempo edisi 22 Februari 2010)

***
Seandainya Sheikh Muszaphar pada waktu itu langsung googling untuk mencari siapa yang mengumandangkan azan tersebut sebenarnya cukup mudah mengetahuinya. Sekedar membantunya barangkali, yang mengumandangkan azan tersebut adalah penghuni langit. Siapa saja kah mereka?
  1. Malaikat (termaktub dalam kitab suci Al Quran)
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (Q.S. Ma’arij : 4)
Secara eksplisit Allah menginformasikan kepada kita bahwa sehari bagi malaikat adalah seperti 50.000 tahun bagi manusia. Kenapa bisa demikian? Karena malaikat memiliki kecepatan yang sangat tinggi. Ilmu Fisika Modern menjelaskan, bahwa bagi makhluk yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka waktu akan bergerak lamban baginya.
Malaikat sebagai utusan-Nya diberi kecepatan yang tertinggi di alam semesta agar bisa menyelesaikan berbagai tugasnya dengan mudah. Dengan demikian, tugas yang sangat beragam itu bisa, diselesakan dengan baik. Termasuk mendampingi orang-orang yang beriman dalam menghadapi berbagai persoalannya.
Kecepatan malaikat yang demikian tinggi itu bukan hanya berpengaruh pada cepatnya gerakan saja, melainkan juga berpengaruh pada panjang pendeknya waktu, sehingga terjadilah relativitas waktu.
Sehingga peradaban manusia modern yang diperkirakan berusia 50.000 tahun sejak penciptaan Adam itu, bagi malaikat baru terjadi sehari yang lalu, alias kemarin. Atau, katakanlah usia alam semesta yang diperkirakan 12 miliar tahun ini, bagi malaikat baru berusia 240.000 hari alias sekitar 660 tahun saja.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun (dari langit) kepada mereka sambil berkata, “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih (la tahzan), dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Q.S. Fushilat : 30)
Bahkan bukan hanya perjalanan fisik di langit dunia, tetapi malaikat juga memiliki kelebihan untuk bisa menembus dimensi dimensi langit pertama sampai dengan langit ke tujuh. Malaikat adalah makhluk dari langit ketujuh, yang berdimensi sembilan.
“Dan kepunyaan-Nya lah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya,  dan tiada merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Q.S. Al Anbiyaa : 19-20)
  1. Uwais al-Qarni (termaktub dalam Hadist Nabi Muhammad saw)
“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”. (Al-Hadist)
Asbabun nuzul (sebab turunnya) hadist tersebut adalah ketika Rasulullah berkata tentang orang yang mencarinya. Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan Rasulullah saw, istrinya -‘Aisyah r.a.- dan para sahabatnya tertegun mengingat Uwais hanyalah seorang penggembala unta dan domba yang fakir.
Menurut informasi ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah saw bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau memandang Ali r.a. dan Umar r.a. sambil mengatakan hadist yang dicetak tebal di atas.
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.
Barangkali kumandang azan oleh mereka lah yang didengar Sheikh Muszaphar. Wallahua’lam bissawab

Sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2010/03/11/kumandang-azan-terdengar-astronot-malaysia-dari-luar-angkasa/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...